Semalam di Puncak Gunung
Perjalanan yang
begitu melelahkan, menguras tenaga, melewati bukit, sungai dan bebatuan. Untuk
sebuah tujuan tempat yang tertinggi yaitu puncak Gunung. lemas,sesak, pandangan
pun kabur. Selepas semua rasa itu hilang seketika dengan segelas kopi hitam dan
sepotong singkong, yang menemani waktu sore hari. Mataharipun tergelincir sudah
keufuk barat, begitu terasa indah, menambah kemesraan ku dengan alam, tidak ada lagi senyuman yang semu, semua terasa begitu nyata.
Pantulan gema
Takbir begitu terdengar keras dari langit, subhanallah.begitu indah yang
kurasa, merinding seluruh badan, langit, bumi, gunung, pohon- pohon, dan seisi
lainnya bertakbir untuk –Nya. gelar sejadah panjang di hamparan puncak, ku
pandangin langit begitu luas, ku bersujud dengan khusu.
Kini betapa aku
rasa begitu nikmat dan indahnya alam ini. Meski perjalanan harus ku tunda dan
melanjutkan di esok hari. Hembusan angin yang begitu kencang terasa menembus
tenggorokan, tak terasa begitu lama dengan kehangatan api unggun yang menemani
ku dengan ke dua kawan seperjuangan ku.
Begitu aku rasa
kegembiraan tersendiri dalam jiwa bermalam di puncak gunung, berbincang dengan
dua orang kawan, duduk diatas batu mengelilingi api unggun, angin yang
menggerakan tenda, terasa sedang berbincang.
Menatap langit begitu
indah dengan bintang yang berkelap- kelip, bulan yang begitu terang. Menemani malam
itu.
Diam dan termengu aku
pun berpikir, betapa rasa bersalahnya aku dengan keegoisan ku meninggalkan
orang yang aku sayang hanya untuk kepuasaan diri sendiri. Apa ini yang namanya
egois yang tidak memikirkan kebahagian orang lain.
Aku pun tertidur
dengan genggaman dinginnya malam,..malam pun berlalu..
Ketika ku buka mata,
mengedip- ngedipkan mata, ternyata sudah pagi, sang surya pun sudah muncul, aku
terbangun dan begegas pulang dengan tas ransel ku.
Dan aku lanjutkan
perjalanan pulang ku. Harapan ku semoga dia masih ada menunggu ku dan menunda
kepergiannya.