Selasa, 23 Oktober 2012

Semalam di Puncak Gunung


Semalam di Puncak Gunung
Perjalanan yang begitu melelahkan, menguras tenaga, melewati bukit, sungai dan bebatuan. Untuk sebuah tujuan tempat yang tertinggi yaitu puncak Gunung. lemas,sesak, pandangan pun kabur. Selepas semua rasa itu hilang seketika dengan segelas kopi hitam dan sepotong singkong, yang menemani waktu sore hari. Mataharipun tergelincir sudah keufuk barat, begitu terasa indah, menambah kemesraan ku dengan alam, tidak ada lagi senyuman yang semu, semua terasa begitu nyata.
Pantulan gema Takbir begitu terdengar keras dari langit, subhanallah.begitu indah yang kurasa, merinding seluruh badan, langit, bumi, gunung, pohon- pohon, dan seisi lainnya bertakbir untuk –Nya. gelar sejadah panjang di hamparan puncak, ku pandangin langit begitu luas, ku bersujud dengan khusu.
Kini betapa aku rasa begitu nikmat dan indahnya alam ini. Meski perjalanan harus ku tunda dan melanjutkan di esok hari. Hembusan angin yang begitu kencang terasa menembus tenggorokan, tak terasa begitu lama dengan kehangatan api unggun yang menemani ku dengan ke dua kawan seperjuangan ku.
Begitu aku rasa kegembiraan tersendiri dalam jiwa bermalam di puncak gunung, berbincang dengan dua orang kawan, duduk diatas batu mengelilingi api unggun, angin yang menggerakan tenda, terasa sedang berbincang.
Menatap langit begitu indah dengan bintang yang berkelap- kelip, bulan yang begitu terang. Menemani malam itu.
Diam dan termengu aku pun berpikir, betapa rasa bersalahnya aku dengan keegoisan ku meninggalkan orang yang aku sayang hanya untuk kepuasaan diri sendiri. Apa ini yang namanya egois yang tidak memikirkan kebahagian orang lain.
Aku pun tertidur dengan genggaman dinginnya malam,..malam pun berlalu..
Ketika ku buka mata, mengedip- ngedipkan mata, ternyata sudah pagi, sang surya pun sudah muncul, aku terbangun dan begegas pulang dengan tas ransel ku.
Dan aku lanjutkan perjalanan pulang ku. Harapan ku semoga dia masih ada menunggu ku dan menunda kepergiannya.